When God Makes You Wait..

2:27 PM



Setiap pasangan pasti mendambakan punya anak ketika mereka sudah berumah tangga..Tapi tidak jarang ada pasangan yang menunda dan bahkan beberapa dari mereka memutuskan untuk tidak mempunyai anak karena satu dan lain hal..

Bercerita tentang kerinduan memiliki anak, saya dan suami termasuk pasangan yang  sangat mendambakan kehadiran buah hati sejak pernikahan kami yang dilangsungkan di tahun 2012. Walaupun tidak ada niat untuk menunda punya momongan, tetapi kami berdua sepakat untuk tidak menaruh timeline khusus kapan punya anak.

Di tahun pertama pernikahan, saya dan suami lebih banyak meluangkan waktu untuk travelling ke beberapa negara, seperti ke Malaysia, Hongkong, Singapura, Jepang, Thailand, dan beberapa tempat lain di kawasan Asia dengan harapan bisa jalan-jalan sambil hanimun..

Satu tahun menikah, kami berdua belum kunjung dikarunia anak. Saat itu saya masih tetap cuek dan belum melakukan pemeriksaan khusus ke dokter. Karena pada prinsipnya saya dan suami tidak ngoyo untuk mendapatkan anak…Pikiran positif saat itu "ya memang Tuhan belum kasih rejeki anak dan karena saya juga wanita bekerja, jadi wajar kalau tingkat stress juga cukup tinggi karena pekerjaan"

Hal tersebut juga didukung oleh kondisi beberapa ladies employee satu kantor dengan saya, dimana mereka yang juga belum kunjung dikaruniai anak akibat kondisi fisik yang lelah dan juga stress di pekerjaan. Tapi tidak jarang ada saja yang mencibir dan iseng bertanya "Selvyn, kok kamu belum hamil juga?" Karena umumnya pasangan yang sudah menikah langsung punya anak..Tanpa disadari, standard tersebut  tertanam di pikiran saya, sehingga saya pun mulai galau dan bertanya dalam hati : "Tuhan, kenapa saya belum hamil? Apakah ada yang salah dengan hidup saya? Apakah saya bisa punya anak?"


Cerita berlanjut......




Di tahun kedua pernikahan kami, barulah saya memutuskan untuk mulai melakukan pengecekan ke dokter kandungan. Pada awalnya saya merasa takut dan belum siap mental jika ternyata saya mengidap penyakit serius.

Tetapi, akhirnya saya memantapkan hati untuk memeriksa ke beberapa dokter (di Duri- tempat saya dan suami bekerja) dengan melakukan pengecekan lewat sample urine, darah dan  juga test Torch untuk persiapan mau hamil. Di pengecekan awal ini, dokter tidak menemukan sesuatu yang aneh di organ reproduksi saya. Hal yang sama juga dilakukan pada suami saya, dan kami berdua dinyatakan sehat.

Karena belum puas dengan hasil yang kami terima, akhirnya saya dan suami memutuskan untuk melakukan pemeriksaan di Jakarta dengan dr.Budi Wiweko, Spog. Di situ saya dinyatakan menderita PCOS (polycystic ovary syndrome) atau sindrom ovarium polikistik merupakan kondisi terganggunya fungsi ovarium pada wanita yang berada di usia subur. Kondisi ini menyebabkan hormon wanita yang menderita PCOS menjadi tidak seimbang.

Saya sempat merasa down ketika dokter menjelaskan diagnosa tersebut, tetapi dr. Budi meyakinkan bahwa ini bukan penyakit parah yang menyebabkan saya tidak bisa hamil. Hal ini bisa disembuhkan dengan terapi obat dan melakukan perubahan gaya hidup. Resep dokter dan semua saran dokter saya coba laksanakan, saya pun melakukan diet (walaupun saya tidak gemuk secara fisik) tetapi dokter menyarankan untuk tidak memakan daging2an dan mengurangi konsumsi makanan manis.

Dengan penuh semangat saya mencoba melaksanakan saran dari dokter, tetapi pada akhirnya di setiap awal bulan saya hanya bisa kecewa melihat testpack yang selalu menunjukkan satu garis yang berarti saya belum hamil… Terapi terus dilakukan dan setiap bulan saya konsultasi ke dokter untuk melihat perkembangan sel telur saya dan mengatur schedule berhubungan dengan suami, sampai akhirnya saya merasa lelah dan stress. Usaha yang kami berdua lakukan lagi2 belum membuahkan hasil karena di anniversary pernikahan kami yang kedua, belum ada suara tangisan bayi di keluarga kecil kami..

Lagi, saya merasa kecewa…

Saat itu, saya merasa ada di titik lemah terendah saya karena penantian saya belum membuahkan hasil. Disitu saya datang berdoa kepada Tuhan untuk berserah dan akhirnya pasrah.


Quote dibawah ini mengingatkan saya bahwa menunggu adalah waktu dimana Tuhan sedang bekerja, dan saya yakin Tuhan akan jawab semua doa dan kerinduan saya..



Kesedihan tersebut tidak berlangsung lama, karena tiba2 kami dikejutkan dengan berita bahagia.. Ya, suami saya diberi kesempatan ntuk mengikuti program Career Development Assignment (CDA) dari tempat kami bekerja, yaitu berupa job training selama 9 bulan di Houston, USA. Berita baik ini saya gunakan sebagai waktu yang tepat untuk liburan dan meredam semua kesedihan dan kekecewaan saya. Dan saya pun memutuskan untuk mengambil cuti panjang (rehat) dari dunia pekerjaan.


Satu hal yang kami syukuri adalah  kami bisa punya kesempatan untuk berkunjung di beberapa negara bagian di Amerika "berdua", dimana tidak semua orang bisa memiliki kesempatan seberuntung kami.

Again, kami pakai waktu ini untuk honeymoon (dan entah hanimun ke berapa ini jumlahnya..hehehe)..

Beberapa kebersamaan indah yang sempat kami abadikan.....
moment indah di Niagara Falls
melihat indahnya bunga blue bell yang hanya tumbuh 1 tahun sekali di wilayah Texas
Golden Gate, San Fransisco
Amazing View di Grand Canyon, Arizona


Selama di USA, saya dan suami bersyukur karena dapat melewati moment berdua dengan menjalani banyak kegiatan positif. Hal ini membuat rasa sayang di antara kami berdua semakin bertambah dalam. Disana, kami pun mengenal beberapa keluarga muda yang mempunyai bayi dan anak-anak kecil. 


Kami gunakan moment ini sebagai bagian pembelajaran dan persiapan menjelang kami punya anak (suatu saat nanti)..Tidak lupa, kami terus memupuk keimanan kami pada Tuhan dan meyakini bahwa saya dan suami akan segera mempunyai anak ketika kami kembali pulang ke Indonesia..


Dan akhirnya Tuhan jawab penantian kami....Tuhan membuat segalanya indah pada waktunya.. (the story will be continue)


You Might Also Like

0 comments