DIARY PAGES #19 : The Up and Down Life
8:49 AM
Belakangan saya merasakan ujian
hidup yang membuat saya semakin belajar banyak hal. Ujian tersebut lebih kepada
ujian kesabaran, karena banyak sekali peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini diluar
apa yang saya rencanakan bahkan tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.
Pertama, saya diperhadapkan pada
situasi kehilangan pengasuh Shalom yang sudah merawatnya selama 3 tahun dan belajar menyesuaikan dengan pengasuh yang
baru. Semua menjadi berat karena harus memulai dari awal, proses adaptasi
Shalom dengan mba nya, kebiasaan yang sudah ada selama ini dan harus menata
konflik internal dengan para pekerja di rumah yang ternyata terjadi juga pada
saya a.k.a drama ART.
Kedua,
menyadari bahwa tidak semua orang menyukai saya dalam hubungan pertemanan dan
sosialisasi saya dengan sesama. Menyadarkan saya untuk belajar memaafkan mereka
yang berbuat tidak baik pada saya dan tetap menjadi diri saya apa adanya tanpa
harus memakai topeng “kemunafikan”.
source : pinterest |
Ketiga, kehilangan semangat karena “merasa gagal”. Mengalami intimidasi pada diri sendiri sehingga emosi saya menjadi tidak stabil dan berubah menjadi sosok yang murung. Puji Tuhan, saya punya Marthin, partner hidup saya yang sangat suportif. Dengan diskusi ringan dan saran yang logis (inilah kelebihan Marthin dibandingkan saya yang super perasa), sehingga perasaan penuh intimidasi itu akhirnya hilang.
Selain diskusi, banyak cara yang Marthin lakukan untuk mengobati kesedihan saya, seperti mengajak makan berdua di sore hari (seperti sedang pacaran), mengajak saya ke taman bermain di dekat rumah, bahkan memasak steak sebagai perhatiannya pada saya. Saya berhasil melewati proses ini karena energi
positif Marthin yang menjadi booster untuk
menjalani hari- hari ke depan.
Keempat,
saya dihadapkan pada ujian “Shalom sakit”. Saya benar-benar kaget saat seluruh
tubuh Shalom mengalami kemerahan dan rasa gatal yang hebat di malam hari. Saya
harus 2 kali ke rumah sakit dalam 1 minggu, memeriksakan Shalom ke dokter spesialis
anak dan juga dokter spesialis kulit dan kelamin. Melihat Shalom tetap
tersenyum dan semangat walau badannya kemerahan dan gatal-gatal, membuat kesedihan
saya berubah dari semangat untuk merawatnya agar segera sembuh ditengah pekerjaan
kantor yang super banyak dan dikejar dateline.
Saya
yakin, tidak selamanya saya ada di dalam situasi sulit seperti ini. Suntikan
semangat dari suami, anak, keluarga dan teman baik selalu menjadi obat mujarab
untuk sembuh dari luka kesedihan dan kekecewaan.
Semoga setiap pelajaran hidup yang sedang kita alami, terus mengingatkan
kita untuk selalu bersyukur saat sedang baik atau tidak baik keadaan kita.
Terus berdoa pada Tuhan agar diberi kekuatan.
0 comments